![]() |
source : google |
Dari surat diatas sudah jelas
bahwasannya kita termasuk orang-orang yang merugi, kecuali kita telah beriman
dan beramal sholeh serta saling mengingatkan pada kebaikan dan kesabaran, itu
pun jika kita ingat untuk beramal sholeh. Apakah pernah terlintas dalam benak,
bahwa setiap pekerjaan yang kita lakukan itu hanya ‘sia-sia’ belaka? Kenapa
hanya ‘sia-sia’ ? karena apa yang kita lakukan semata-mata hanya untuk mengejar
hal-hal yang bersifat duniawi, mengejar materi yang jelas sifatnya hanya
sementara. Itulah mengapa banyak orang yang hidup berkecukupan tapi merasa
tidak bahagia, itulah mengapa banyak sekali orang yang sibuk dengan pekerjaanya
tapi tidak pernah puas dengan hasil yang didapatkanya. Itulah mengapa banyak
orang kaya tapi sakit-sakitan. Bukankah itu hal-hal yang ‘merugikan’? ketika
orang-orang diluar sana belomba-lomba untuk berhijrah, mencari ridho Allah
dengan mengorbankan sebagian waktunya untuk berbuat kebaikan dan memberi
perubahan untuk orang-orang di sekelilingnya, lalu kita hanya sekedar berpangku
tangan disini tanpa berkontribusi sama sekali, merasa diri kita cukup sibuk
untuk sekedar beribadah tepat waktu, merasa diri kita terlampau sibuk hingga
tak sempat membaca ayat-ayat AL-Qur’an, tidak merasa rugikah kita?
Padahal Allah SWT menyediakan waktu
yang sama sebanyak 24 jam, tapi untuk berdialog dan memohon do’a kepada-Nya
saja kita tak punya waktu? Lalu sebenarnya apa definisi ‘sibuk’ itu sendiri?
Sebagai seorang mahasiswa, kadang kita terlalu mendewakan tugas, mengerjakannya
hingga larut dan subuh pun tertinggal. Sebenarnya
siapa yang kita sebut ‘Tuhan’ ? bukankah Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa ?
lantas mengapa kadang kita lebih takut denga bos ataupun dosen? Kita rela
meninggalkan apa yang menjadi kewajiban kita sebagai hamba Allah agar tidak
dimarahi dosen, apa itu yang disebut dengan beriman secara kaffah? Tentu
tidak.
Lalu bagaimana agar setiap yang kita
lakukan tidak ‘sia-sia’ dan berujung pahala? Bagaimana membuat kesibukan kita
bisa bermanfaat untuk orang lain? Bagaimana setiap langkah kaki kita selalu
dihitung satu kebaikan oleh malaikat? Mari kita jawab satu persatu.
Perbaharui Niat!
‘Setiap perbuatan yang kita lakukan adalah tergantung Niatnya’ kutipan ini sudah jelas bahwa segala hal yang kita lakukan
tergantung apa yang kita niatkan, dan hasil yang kita dapatkan tergantung apa
yang kita niatkan pula. Maka setiap pekerjaan ataupun kegiatan apapun yang
selama hal tersebut masih dalam koridor syar’i selalu niatkan untuk mencari
ridho Allah SWT, dan jangan pernah sekali-kali berniat untuk mendapatkan pujian
dari manusia. Karena segala sesuatu yang kita harapkan pada manusia, pasti akan
selalu berujung dengan kecewa, apapun itu.
Buat journal harian dan bulatkan
tekad !
Setelah
memperbaharui niat, tahap selanjutnya adalah dengan mendata setiap kegiatan
yang akan kita lakukakan, buat timing dari mulai kita bangun tidur hingga tidur
lagi. Selalu bawa jam dan journal harian kemanapun kita pergi, dengan begitu
kita bisa mengontrol seluruh kegiatan yang kita lakukan dengan mudah, dan tidak
akan ada lagi waktu yang terbuang sia-sia karena diisi dengan hal-hal yang
bersifat duniawi semata seperti nongkrong, bergosip ria dan hal tidak
penting lainnya.
Bergaulah dengan orang – orang yang
sholeh.
Mungkin
poin yang ini cukup sulit, karena memungkinkan kita untuk beradaptasi dengan
lingkungan yang kura familiar sebelumnya, akan ada canggung yang terasa.
Tapi, bukankah seseorang itu dinilai dari dengan siapa ia bergaul? Lingkungan
sangat berpengaruh sekali dengan sifat yang ada pada diri kita. Maka dari itu,
kita perlu bergaul dengan orang-orang yang mempunyai tujuan yang sama, salah
satunya ialah untuk mencapai Ridho Allah SWT, sehingga ketika kita merasa khilaf
atau berbuat kesalahan maka akan ada
yang mengingatkannya. Bergaulah dengan siapa saja, tapi carilah mereka yang
sesuai dengan ligkungan dan kepribadian kita.
Keep Istiqomah !
Poin
yang tersulit dari yang lainnya adalah Istiqomah atau konsisten, dimana apa
yang sudah kita rencanakan harus kita laksanakan dan pertahankan. Jangan sampai
apa yang kita lakukan terkesan setengah-setengah. Perlahan tapi pasti. Untuk
konsisten mungkin sulit diawal, tapi lama-kelamaan kita akan terbiasa dengan
hal tesebut.
Nah, poin-poin diatas tadi sudah
menjelaskan secara mendetail, bagaimana seharusnya kita melakukakn pekerjaan
atau apapun itu namanya dengan baik. Jangan sampai kesibukan kita malah
menjauhkan kita dari apa yang seharusnya jadi kewajiban kita, selalu hargai waktu
dan jangan berhenti menjadi orang yang belajar menjadi lebih baik. Tidak ada
yang sempurna, tapi kita harus selalu berusaha menjadi yang terbaik setiap
harinya dan jangan sampai termasuk kedalam orang-orang yang merugi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar