![]() |
sumber : google |
Mungkin
kebanyakan orang akan nyangka gue seorang introvert, yang sukanya menghabiskan
waktu sendirian dan mengekpresikan kesedihan atau kesenangan hanya melalui
tulisan, tentunya sangkaan itu sangat bertolak belakang sekali dengan
kepribadian gue yang sangat suka sekali bercerita dan berbagi hal-hal yang
menarik dengan orang – orang disekitar gue. Itulah kenapa kita tidak boleh
menilai sebuah buku hanya dari sampul nya saja bukan? Berkepresi lewat tulisan
tidak selalu mencerminkan kepribadian orang itu.
Gue suka nulis, karena gue rasa gue perlu buat
nulis. Selain itu juga ngga setiap apa yang ada di pikiran gue bisa gue
ungkapin semuanya secara lisan, maka itu gue perlu berekpresi juga lewat
tulisan. Entah itu berbicara soal opini atau mungkin sekedar curahan hati yang
dibungkus lewat puisi. Makanya gue lebih cinta dunia literasi daripada seni
padahal keduanya saling berkaitan. Mungkin karena gue sendiri ngga jago gambar
apalagi ngelukis padahal gue mahasiswa desain komunikasi visual, makanya gue
lebih suka nulis daripada ngelukis sebagai media ekpresi.
Entah sejak kapan gue jatuh cinta
dengan aksara, apalagi kalau udah nulis tentang senja. Kata, bahasa, metafora
dan kawan-kawannya udah jadi vitamin sehari-hari gue buat ngga berhenti nulis,
meski kadang ada titik jenuh dimana gue ngga bisa menuangkan satu katapun. Tapi
gue selalu beerusaha meperkaya kosa kata dan bahasa gue lewat membaca. Karena menurut
gue sendiri membaca dan menulis itu adalah kesatuan yang ngga bisa dipisahin. Keduanya
diibaratkan sayur dan garam yang saling melengkapi. Coba lihat aja, penulis
mana yang ngga suka baca buku? Ya minimal dia baca tulisan dia sendiri dong.
Menulis bukan soal bakat, karena
percuma kalau punya bakat tapi ngga dilatih. Menulis itu tentang bagaimana kita
mau berlatih menciptakan tulisan dengan diksi yang indah dan isi yang berbobot,
juga tentang bagaimana suatu pesan yang bisa tersampaikan dengan baik kepada
pembacanya. Gue percaya kalau yang namanya keahlian itu bisa diciptakan tanpa
bakat, selama orang itu mau berusaha, dia bisa jadi apapun yang dia mau.
Gue cuman pengen sekedar sharing
sedikit soal ini, dan bukan karena gue ngerasa jago dalam merangkai kata, ngga.
Bukan soal itu, tapi lebih ke urgensinya tentang ‘kenapa kita harus menulis?’
‘kenapa kita perlu membaca?’ karena
sepintar dan sehebat apapun kita, tanpa menulis kita ngga ada apa-apanya. Seperti
kata Pramoedya Ananta Toer “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama
ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah
bekerja untuk keabadian”, dan untuk menciptakan suatu tulisan yang berbobot
kita perlu membaca, agar apa yang kita tulis pun mendasar, meski itu sekedar
opini atau mungkin puisi.
Satu hal lagi, selain membaca kita
juga harus konsisten. Konsisten dalam segala hal baik itu membaca atau menulis,
karena dengan konsisten itu yang bisa bikin tulisan kita berkembang. Mungkin diawal
akan terasa sulit, tapi lo harus percaya kalau apa yang lo tanam itu yang
bakalan lo petik. Semuanya perlu proses, nikmatin aja prosesnya. karena gue
percaya dengan proses itu kita akan lebih menghargai waktu dan apa yang
diusahakan, jadi ketika mulai terasa jenuh dan nyaris nyerah, lo ataupun gue
bakalan mikir dua kali buat berhenti nulis lagi. Jadi berekpresilah sebebas
mungkin,mari kita tunjukan pada dunia lewat tulisan-tulisan terbaik kita bahwa
kita adalah orang yang luar biasa :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar