Sabtu, 02 Desember 2017

Berekspresi melalui Tulisan

sumber : google
Mungkin kebanyakan orang akan nyangka gue seorang introvert, yang sukanya menghabiskan waktu sendirian dan mengekpresikan kesedihan atau kesenangan hanya melalui tulisan, tentunya sangkaan itu sangat bertolak belakang sekali dengan kepribadian gue yang sangat suka sekali bercerita dan berbagi hal-hal yang menarik dengan orang – orang disekitar gue. Itulah kenapa kita tidak boleh menilai sebuah buku hanya dari sampul nya saja bukan? Berkepresi lewat tulisan tidak selalu mencerminkan kepribadian orang itu.
             Gue suka nulis, karena gue rasa gue perlu buat nulis. Selain itu juga ngga setiap apa yang ada di pikiran gue bisa gue ungkapin semuanya secara lisan, maka itu gue perlu berekpresi juga lewat tulisan. Entah itu berbicara soal opini atau mungkin sekedar curahan hati yang dibungkus lewat puisi. Makanya gue lebih cinta dunia literasi daripada seni padahal keduanya saling berkaitan. Mungkin karena gue sendiri ngga jago gambar apalagi ngelukis padahal gue mahasiswa desain komunikasi visual, makanya gue lebih suka nulis daripada ngelukis sebagai media ekpresi.
            Entah sejak kapan gue jatuh cinta dengan aksara, apalagi kalau udah nulis tentang senja. Kata, bahasa, metafora dan kawan-kawannya udah jadi vitamin sehari-hari gue buat ngga berhenti nulis, meski kadang ada titik jenuh dimana gue ngga bisa menuangkan satu katapun. Tapi gue selalu beerusaha meperkaya kosa kata dan bahasa gue lewat membaca. Karena menurut gue sendiri membaca dan menulis itu adalah kesatuan yang ngga bisa dipisahin. Keduanya diibaratkan sayur dan garam yang saling melengkapi. Coba lihat aja, penulis mana yang ngga suka baca buku? Ya minimal dia baca tulisan dia sendiri dong.
            Menulis bukan soal bakat, karena percuma kalau punya bakat tapi ngga dilatih. Menulis itu tentang bagaimana kita mau berlatih menciptakan tulisan dengan diksi yang indah dan isi yang berbobot, juga tentang bagaimana suatu pesan yang bisa tersampaikan dengan baik kepada pembacanya. Gue percaya kalau yang namanya keahlian itu bisa diciptakan tanpa bakat, selama orang itu mau berusaha, dia bisa jadi apapun yang dia mau.
            Gue cuman pengen sekedar sharing sedikit soal ini, dan bukan karena gue ngerasa jago dalam merangkai kata, ngga. Bukan soal itu, tapi lebih ke urgensinya tentang ‘kenapa kita harus menulis?’ ‘kenapa kita perlu membaca?’  karena sepintar dan sehebat apapun kita, tanpa menulis kita ngga ada apa-apanya. Seperti kata Pramoedya Ananta Toer “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”, dan untuk menciptakan suatu tulisan yang berbobot kita perlu membaca, agar apa yang kita tulis pun mendasar, meski itu sekedar opini atau mungkin puisi.
            Satu hal lagi, selain membaca kita juga harus konsisten. Konsisten dalam segala hal baik itu membaca atau menulis, karena dengan konsisten itu yang bisa bikin tulisan kita berkembang. Mungkin diawal akan terasa sulit, tapi lo harus percaya kalau apa yang lo tanam itu yang bakalan lo petik. Semuanya perlu proses, nikmatin aja prosesnya. karena gue percaya dengan proses itu kita akan lebih menghargai waktu dan apa yang diusahakan, jadi ketika mulai terasa jenuh dan nyaris nyerah, lo ataupun gue bakalan mikir dua kali buat berhenti nulis lagi. Jadi berekpresilah sebebas mungkin,mari kita tunjukan pada dunia lewat tulisan-tulisan terbaik kita bahwa kita adalah orang yang luar biasa :)

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar