Keraguan
dalam dada mulai menyeruak,
Separuh jiwa
mulai terporak-poranda
Ada yang
kurang dalam diri, atau aku memang sakit jiwa?
Pertanyaan-pertanyaan
gila itu,
Menghilangkan
segenap warasku
Apa yang ku
percaya terasa ambigu
Pedomanku
tak lagi menjadi solusi
Lantas apa
yang ku cari?
“Yaa
ayyatuhannafsul muthmainnah, irjji’i ila rabbik raadiyyatan mardiyyah,
Fadkhuliy fi
‘ibadi, Wadkhuli jannati”
Lafadz-lafadz
asing itu
Bukanlah
nyanyian yang sering ku dengar,
Ada
ketenangan yang kurasa,
Ada getaran
yang menerobos nuraniku,
Dan kini aku
mulai mepertanyakan
Tentang
lantunan-lantunan yang seolah menyihirku
Tak ada yang
berani menjawab, kecuali
Seorang
gadis bercadar yang ku temui di jalan
Sekarang,
aku memahami,
Ragu ku tak
lagi mengusik
Sederet
pertanyaan gila itu terjawab tuntas
Yang ku
percaya tak lagi ambigu, dan
Pedoman
baruku adalah jawabannya
Lantas apa
yang ku cari?
Tak ada,
karena apa yang ku cari telah kudapatkan
Aku telah
berpulang lagi berikrar,
Mengabdikan
diri pada Sang Pencipta, secara paripurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar