Tasikmalaya, 16 juni 2015
Kepada
Yth
Bapak
Budi Budiman
Di
tempat
Bapak walikotaku yang
saya cintai,
Semoga bapak selalu
dalam keadaan sehat walafiat dalam lindungan Allah SWT. Dan saya berharap
semoga bapak bisa mendengarkan sedikit curahan hati dari salah satu warga bapak
di Tasikmalaya ini mengenai kehidupan masyarakat tasikmalaya sekarang ini.
Bapak walikotaku dengan
tidak mengurangi rasa hormat saya pada bapak saya ingin sedikit menceritakan
sedikit tentang kota tempat tinggal kita ini “Tasikmalaya” kota kecil seribu
cerita ini, yang sering kita sebut sebagai kota santri. Entah disebut kota
santri karena banyak santri yang berakhlak baik atau memang hanya embel-embel
saya sebagai tanda bahwa kota tasikmalaya ini adalah kota kecil yang memiliki
banyak pesantren.
Saya sering mendengar
bahwa remaja kota kita kali ini banyak yang bergaul terlalu bebas hingga
akhirnya membuat remaja kita terjerumus dan melakukan hal-hal yang tak patut
dilakukan oleh seorang remaja. Mereka terlalu terlena dengan kehidupan bebas
mereka sehingga akhirnya lupa akan kebudayaan kota kita yaitu kebudayaan santri
yang berakhlaq baik. Apakah bapak tidak melihat perubahan remaja kita zaman
ini.
Masih ingatkah bapak
remaja dulu mereka berlari di sore hari hari bersama teman-teman sekampungnya
untuk mengejar sebuah laying-layang yang putus. Atau anak anak bermain di
lapangan kampung dengan permainan-permainan khas daerah kita lompat tali,
bermain galah dan juga masih banyak lagi dan sekarang permainan itu telah
diganti dengan kejar-kejaran dijalan bersama geng motor, nongkrong di jalan
hanya untuk menghabiskan waktu. Apakah itu kebudayaan kita pak ? remaja-remaja
yang haus akan kehidupan modern padahal hanya membawa mereka pada kehidupan
zaman jahiliyah, zaman purbakala yang orang-orangnya tidak bias berfikir.
Apakah bapak sebagai walikota mepunyai perasaan ingin merubah semua ini ?
Tahukah bapak dulu
anak-anak dan remaja pergi ke masjid untuk ikut mengaji bersama ustadz mereka
hingga mereka melaksanakan shalat isya dan setelah itu baru pulang, pergi
bersama sambil menjemput temannya “siti ngaos yuu” dan apa yang terjadi saat
ini? Kata-kata itu hilang entah ditelan malam atau ditelan hal yang menakutkan?
Entahlah saya pun tak tahu kemana perginya kata-kata itu yang saya tahu
kata-kata itu berganti menjadi “nongkrong yu brow”. Lucu sekali ternyata kota
kecil ini, apa kah bapa tahu dengan kata-kata “cabe-cabean” ya cabe-cabean
mereka itu anak smp yang mengikuti zaman modern dengan berdandan seperti
tante-tante girang yang kerjaannya hanya nongkrong sambil bawa motor berempetan
bersama teman sebayanya. Apakah itu remaja yang bapak harapkan? Tentu saja bapak tahu jawaban yang bapak
inginkan. Yang jadi harapan saya adalah apakah bapak bias mengubah nama
cabe-cabean itu dengan “mutiara laut yang sulit di tempuh oleh orang-orang”.
Permintaan saya hanya
sederhana pak tolong kembalikan budaya tasikmalaya kita yang dulu, percuma
sekarang kita membangun tasikmalaya dalam berbagai fasilitas, tapi apa yang
terjadi? Pembangunan moral anak remaja justru yang tidak terfasilitasi, yang
jusrtu malah rusak bagaikan tanaman yang tersiram karena terserang kemarau
panjang. Apakah bapak berniat untuk memberi aliran air agar moral yang akan
mati itu bisa hidup kembali seperti semula bahkan bisa berbunga indah dan wangi
menyebar keseluruh penjuru. Jadikanlah tasikmalaya kota santri seperti dahulu
kota para kiai besar kota para orang-orang baik bukan malah jadi kota
cabe-cabean dan kota terong-terongan.
Sekian surat dari saya,
harapan saya semoga bapak bias mengembalikan kota kecil seribu cerita ini
seperti dulu kembali. Saya yakin dimulai dari kota kecil yang baik maka akan
menyatukan kota-kota kecil baik menjadi satu, dan menjadi satu Negara Indonesia
yang maju. Semoga berhasil bapak walikotaku tercinta yang saya percayai.
Salam kemenangan
untuk bapak,
Elif Alifah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar