Senin, 03 Agustus 2015

#Letter Writting Competition Republika 2015



 Tasikmalaya, 16 juni 2015
Kepada Yth
Bapak Budi Budiman
Di tempat


Bapak walikotaku yang saya cintai,
Semoga bapak selalu dalam keadaan sehat walafiat dalam lindungan Allah SWT. Dan saya berharap semoga bapak bisa mendengarkan sedikit curahan hati dari salah satu warga bapak di Tasikmalaya ini mengenai kehidupan masyarakat tasikmalaya sekarang ini.
Bapak walikotaku dengan tidak mengurangi rasa hormat saya pada bapak saya ingin sedikit menceritakan sedikit tentang kota tempat tinggal kita ini “Tasikmalaya” kota kecil seribu cerita ini, yang sering kita sebut sebagai kota santri. Entah disebut kota santri karena banyak santri yang berakhlak baik atau memang hanya embel-embel saya sebagai tanda bahwa kota tasikmalaya ini adalah kota kecil yang memiliki banyak pesantren.
Saya sering mendengar bahwa remaja kota kita kali ini banyak yang bergaul terlalu bebas hingga akhirnya membuat remaja kita terjerumus dan melakukan hal-hal yang tak patut dilakukan oleh seorang remaja. Mereka terlalu terlena dengan kehidupan bebas mereka sehingga akhirnya lupa akan kebudayaan kota kita yaitu kebudayaan santri yang berakhlaq baik. Apakah bapak tidak melihat perubahan remaja kita zaman ini.
Masih ingatkah bapak remaja dulu mereka berlari di sore hari hari bersama teman-teman sekampungnya untuk mengejar sebuah laying-layang yang putus. Atau anak anak bermain di lapangan kampung dengan permainan-permainan khas daerah kita lompat tali, bermain galah dan juga masih banyak lagi dan sekarang permainan itu telah diganti dengan kejar-kejaran dijalan bersama geng motor, nongkrong di jalan hanya untuk menghabiskan waktu. Apakah itu kebudayaan kita pak ? remaja-remaja yang haus akan kehidupan modern padahal hanya membawa mereka pada kehidupan zaman jahiliyah, zaman purbakala yang orang-orangnya tidak bias berfikir. Apakah bapak sebagai walikota mepunyai perasaan ingin merubah semua ini ?
Tahukah bapak dulu anak-anak dan remaja pergi ke masjid untuk ikut mengaji bersama ustadz mereka hingga mereka melaksanakan shalat isya dan setelah itu baru pulang, pergi bersama sambil menjemput temannya “siti ngaos yuu” dan apa yang terjadi saat ini? Kata-kata itu hilang entah ditelan malam atau ditelan hal yang menakutkan? Entahlah saya pun tak tahu kemana perginya kata-kata itu yang saya tahu kata-kata itu berganti menjadi “nongkrong yu brow”. Lucu sekali ternyata kota kecil ini, apa kah bapa tahu dengan kata-kata “cabe-cabean” ya cabe-cabean mereka itu anak smp yang mengikuti zaman modern dengan berdandan seperti tante-tante girang yang kerjaannya hanya nongkrong sambil bawa motor berempetan bersama teman sebayanya. Apakah itu remaja yang bapak harapkan?  Tentu saja bapak tahu jawaban yang bapak inginkan. Yang jadi harapan saya adalah apakah bapak bias mengubah nama cabe-cabean itu dengan “mutiara laut yang sulit di tempuh oleh orang-orang”.
Permintaan saya hanya sederhana pak tolong kembalikan budaya tasikmalaya kita yang dulu, percuma sekarang kita membangun tasikmalaya dalam berbagai fasilitas, tapi apa yang terjadi? Pembangunan moral anak remaja justru yang tidak terfasilitasi, yang jusrtu malah rusak bagaikan tanaman yang tersiram karena terserang kemarau panjang. Apakah bapak berniat untuk memberi aliran air agar moral yang akan mati itu bisa hidup kembali seperti semula bahkan bisa berbunga indah dan wangi menyebar keseluruh penjuru. Jadikanlah tasikmalaya kota santri seperti dahulu kota para kiai besar kota para orang-orang baik bukan malah jadi kota cabe-cabean dan kota terong-terongan.
Sekian surat dari saya, harapan saya semoga bapak bias mengembalikan kota kecil seribu cerita ini seperti dulu kembali. Saya yakin dimulai dari kota kecil yang baik maka akan menyatukan kota-kota kecil baik menjadi satu, dan menjadi satu Negara Indonesia yang maju. Semoga berhasil bapak walikotaku tercinta yang saya percayai.

Salam kemenangan untuk bapak,



Elif Alifah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar