Tasikmalaya,
16 Juni 2015
Yth.
Bapak
Presiden Indonesia
Ir.
H. Joko Widodo
Di
Istana Merdeka
Assalamu’alaikum
Bapak Presidenku yang merupakan harapan pemimpin para generasi muda Indonesia.
Apa
kabar, pak? Semoga bapak dan keluarga senantiasa dalam keadaan sehat walafiat
serta selalu berada dalam lindungan Allah Yang Maha Esa. Perkenalkan saya
Syauqiya Aina Salsabila, seorang pelajar yang bercita-cita tinggi untuk
memajukan negri tercinta ini, dan kini saya tengah mengenyam pendidikan di
sebuah pondok pesantren di Kota Santri. Dalam surat sederhana ini, tertuliskan
rangkaian harapan-harapan terdalam saya untuk Indonesia yang lebih baik, karena
saya percaya melalui tangan bapak, mimpi saya yang tak seberapa ini dapat terealisasikan
sebagaimana mestinya. Dan mungkin, harapan-harapan yang saya sampaikan ini juga
merupakan harapan para generasi bangsa
yang belum sempat tercurahkan.
Saya
tak peduli tentang isu apapun yang berhubungan dengan kepemimpinan bapak yang
banyak menimbulkan pro dan kontra itu. Saya hanya berharap dibawah kepemimpinan
bapak saat ini, bapak mau peduli dengan nasib kebudayaan bangsa yang kini
bagaikan kerakap tumbuh di atas batu, hidup segan dan mati tak mau. Banyak
kesenian tradisional yang kini jarang di pentaskan dan terancam punah. Bahkan
menurut artikel yang saya baca pun upaya revitalasi kesenian terhambat oleh
pendanaan. Dan ini patut di pertanyakan, bukankah begitu pak? Seharusnya dana
pemerintah tak hanya mengalir untuk kepentingan segelintir orang saja. Bahkan
dana yang katanya untuk para masyarakat miskin, (maaf) justru mengalir pada
kantong-kantong penjabat yang bergelimang harta. Apa yang saya sampaikan ini
bukan hanya sekeadar opini saja, melainkan ini adalah fakta yang seharusnya menjadi
evaluasi kita bersama, agar kedepannya masalah yang selalu menjadi hal yang “lumrah” ini harus segera
diberantas dan tak terjadi lagi di negri kita tercinta ini.
Selain
itu, faktor kebudayaan yang hampir punah ini disebabkan tidak adanya
regenerasi, dan pelaku-pelakunya banyak yang mempunyai hambatan dan sudah
meninggal dunia. Kondisi ini sangat mencemaskan untuk perkembangan kebudayaan
kita kedepannya. Di daerah Jawa Barat saja, sedikitnya terdapat 43 jenis kesenian tradisional yang hampir
punah. Dan yang baru dievitalasi hanya dua jenis kesenian saja, yaitu Gendang
Gugun dan Angklung Badun. Pak, bukankah dalam Undang-undang juga jelas tertera mengenai kebudayan bangsa
kita ini, jika seandainya beragam budaya yang kita miliki, yang diwariskan oleh
para nenek moyang kita harus lenyap begitu saja, lalu apa yang akan kita
banggakan lagi dari Negara Indonesia yang katanya tanah surga ini? Bangga
dengan para koruptornya? Bangga dengan para penganggurannya? Tentu tidak, pak! Saya sebagai anak bangsa
tidak bias membiarkan hal ini, karena saya peduli.
Pak,
jika bapak berkenan, dalam surat sederhana ini, saya ingin sedikit berkisah
tentang rasa bangga yang teramat sangat kepada keragaman budaya Indonesia saat
saya melihat pentas seni tari yang ditampilkan oleh generasi muda dari Sabang
sampai Merauke di acara PPSN (Perkemahan Pramuka Santri Nusantara) IV
Kalimantan Selatan. Andai saja bapak disini, menyaksikan sendiri kebudayaan
itu, saya yakin bapak mersakan apa yang saya rasakan ketika itu, decak kagum
yang luar biasa akan kekayaan budaya yang nilainya sangat berharga. Namun, saya
tak dapat berandai-andai terlalu banyak, karena kita hidup pada realitas,
seburuk apapun realitas itu kita harus menerimanya. Namun, sungguh sangat
disayangkan jika seandainya keragaman itu harus musnah. Padahal perkembangan seni
tari tradisional kita telah masuk pada kancah Internasional. Meskipun ada
beberapa kebudayaan kita yang diakui oleh beberapa Negara asing seperti Tari
Pendet, Lagu Injit-injit Semut, Lagu Rasa Sayange dan lain sebagainya.
Maka
besar harapan saya kepada bapak, untuk membangun banyak tempat-tempat khusus
untuk melestarikan kebudayaan kita, menumbuhkan rasa cinta di hati para
generasi muda kita untuk mempelajari dan
melestarikan kekayaan budaya negri kita yang mulai hilang. Semoga apa yang saya
sampaikan pada bapak ini dapat diterima dan dipertimbangkan untuk kemajuan
bangsa Indonesia. Karena maju-mundurnya kebudayaan kita atas kebijakan
pemerintahnya.
Saya
haturkan terimakasih dan mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila banyak kata
yang menggores nurani bapak dalam surat ini.
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb
Salam dari Putra Bangsa,
Yang selalu bercita luhur untuk
negri
Syauqiya
Aina Salsabila