Senin, 30 Maret 2015

Kirana Harap


           


 Ini kisah tentang sebuah harap, dan bagaimana harap itu menjadikannya lebih hidup. Lihatlah! Senja itu mulai pudar karena malam yang menggantikannya. Dimensi masa berotasi begitu cepat. Tapi, hal itu tidak untuk seorang gadis yang tengah terbaring di atas ranjang, di sudut ruangan yang dipenuhi dengan bau obat-obatan. Selang-selang itu terhubung pada tubuhnya yang mulai mengurus. Mata itu masih tetap terpejam seperti lima hari yang lalu. Sedang di samping kanannya sosok wanita berparas ayu dengan jilbab abunya masih setia menunggu. Ia tak henti-hentinya berdoa’, berharap anak yang teramat dicintainya itu segera sadar dari komanya. Rasanya telah lama tubuhnya tak mendekap sosok yang tengah terbaring itu sejak 6 tahun yang lalu.
           Wanita itu mendengus pelan, cukup lama. Bahkan, terlalu lama ia jauh dari putrinya. Putrinya terlalu jauh berubah dari masa ketika ia masih duduk dibangku kelas 1 SD. Ia kehilangan sosok cerianya semenjak perceraiannya dengan sang suami. Ia berubah menjadi anak yang sulit diatur dan pemarah. Dan perubahan-perubahan itu membuatnya lupa akan aturan-aturan yang seharusnya ia jalankan dan ia patuhi. Yang pada akhirnya kecelakaan itu terjadi.
           Raut wajahnya kembali mendung, padahal langit di luar sana masih tampak cerah dengan cahaya rembulan dan taburan bintang yang menghiasi. Ah bagaimana tidak? Ia ingat jelas bagaimana anak semata wayangnya memarahi dirinya karena ia tak menuruti keinginan anaknya itu. Dan dengan seberkas amarah yang terpendam, gadis itu berlari tak tentu arah. Hingga sebuah mobil berkecepatan tinggi melaju, membuat tubuhnya terpelanting tak berdaya di atas aspal dengan darah yang terus mengalir dari kepalanya.
           “Ya Rabb, aku terlalu lemah untuk menjaga titipan-Mu” gumamnya dalam hati. Dalam sunyi ia menangis tersedu. Berharap Sang Maha Agung memberikan sedikit keajaiban untuk putrinya. Nuraninya teramat teriris. Jiwanya nyaris mati dalam luka itu. Hanya semilir angin dan Sang Maha Kuasa yang tahu kegundahan nuraninya saat itu. Dan menjadi saksi bisu atas cinta kasih seorang ibu pada anaknya.
YYY
           Masih di tempat yang sama, tapi TUNGGU! Mengapa ruangan ini tak berpenghuni? Bahkan bau obat-obatan itu tak tercium lagi. Hanya putih! Di tengah ruangan itu sesosok gadis dengan satu kunciran dan darah yang masih berlumur di pakaiannya, mencoba mengenali tempat itu. Asing! Air mukanya tampak bingung tak ada duanya. Ya tentu, kau memang tak sedang di duniamu sekarang. Kau berlari mencari, terus berlari, dan berlari, mencari sebuah pintu yang akan mengantarkanmu kembali. Namun, apa yang kau lakukan tak sama halnya dengan melakukan sesuatu yang sia-sia. Kau hanya membuang tenagamu saja. Peluh itu bercucuran, membasahi wajahmu yang berubah menjadi penuh kekalutan.
           “Ibu, aku ingin pulang!” pekikmu. Sayang, teriakanmu hanya hembusan debu yang berlalu. Teriakanmu itu hanya mengundangkan kilatan cahaya yang kemudian mencambuk tubuhmu sangat keras. Pedih, sakit! Tubuhmu terpelanting jauh karenanya. Kau mengeram kesakitan. Sebenarnya ada apa ini? Paradoks ini terlalu rumit untuk kau susun menjadi susunan puzzle yang utuh. Tangismu pecah.
           Hingga suara yang teramat menggelegar itu berbisik pada telingamu, dan hampir membuat gendang telingamu hancur berkeping-keping.
           “Kau memang tak tau diri!Setega itukah kau memperlakukan orang-orang yang sayang padamu?”
           Kau terdiam sejenak, nostalgia itu mulai berputar layaknya film dokumenter yang tengah menyala tepat didepan retina matamu. Kau tau, kau terlalu jahat pada mereka, terutama ibumu.
           “Tunggu! Kau tak bisa menghakimiku seperti itu, sejahat apapun aku pada mereka, aku masih punya cinta yang jauh lebih besar dari rasa kebenciaan itu” kilahmu, membela diri.
           “APA CINTA?” tanya suara itu. Kini nada itu terkesan membentakmu. Seolah tak yakin atas apa yang tengah kau bicarakan.
           Ya, aku masih punya cinta yang Allah titipkan sebagai anugerah dalam diriku. Dan aku yakin itu dapat menembus segala kesalahanku pada mereka, ku mohon beri aku waktu! Setidaknya aku bisa menukar kebenciaan itu dengan kebahagiaan.Setelah itu, terserah kau!” pintamu.kali ini, kau meminta dengan berjuta harap yang ada, yang tinggal dan tak tersisa. Berharap kau akan diberi kesempatan itu, meski kau tau harap itu terlalu kecil untuk terwujud.
           Namun, suara itu tak kembali terdengar. Hanya hembusan angin yang kemudiaan melelapkanmu begitu saja. Ajaib! Ruangan putih itu bereformasi menjadi ruangan yang sama dengan gadis yang terbaring diranjang tadi. Tangan gadis itu mulai bergerak perlahan, detak jantunya mulai terdengar berharmoni, kedua matanya juga mulai membuka perlahan. Dan gadis itu adalah kau! Rupanya Sang Maha Kasih mengizinkanmu untuk kembali melihat dunia dan harap itu membuatmu menjadi lebih hidup dari masa-masa sebelumnya. Wanita berparas ayu yang kau sebut ibu itu segera memelukmu erat, sangat erat.
           Ibu, aku ingin pulang! katamu dengan suara lirih, tanpa komando apapun, sang ibu segera mengiyakan pintamu. Wajahnya yang semula mendung kini berganti seketika. Nurani kecilnya tak henti-hentinya bersyukur pada Dzat yang Maha Kuasa. Meski butiran bening itu harus terjatuh juga, ia teramat sangat bahagia. Cahaya Rembulan dibalik gordeng jendela ruangan itu ikut tersenyum menyaksikan kebahagiaan dari seorang wanita tangguh yang tak pernah bosan, setia menunggu anaknya hingga tersadar.
YYY
           Cahaya Sang rembulan kini mulai meredup, kirananya terkalahkan oleh lentera mentari yang bersinar terang. Kau siap mengawali hari barumu, bukan? Ya aku tau itu. Kau telah menyiapkan daftar orang-orang yang akan kau beri hadiah terbaik. Dan disetiap hadiah itu terselip rangkaian maaf atas semua perbuatanmu yang pernah menorehkan luka dihati mereka. Tak hanya itu, kau sumbangkan seluruh tabunganmu untuk mereka yang membutuhkan. Aku menemukan sosokmu yang lain hari ini. Senyuman yang selalu sulit terlukis di wajahmu, kini selalu hadir menghiasi. Meski tersenyum itu cukup sulit untuk kau lakukan sebelumnya, tapi ternyata ia tak pernah lepas dari wajahmu kini.
           Dengan sekejap, kau mampu mengukir pelangi yang elok setelah badai yang sangat menakutkan hadir. Mereka Nampak heran akan perubahanmu yang drastis itu. Dan kau membuatku percaya akan kekuatan cinta yang bercampur dengan harap mampu membuat segalanya terlihat begitu indah. Bahkan kebencian itu melebur seketika. Kau mampu meyakinkan mereka bahwasannya hidup akan terasa lebih nyaman ketika maaf itu dapat terlealisasikan. Kau hebat!
           Masa kembali berengkernasi.Sepanjang hari ini kau habiskan sisa-sisa masamu bersama wanita yang selalu setia merawatmu. Dan kini ia bisa bersamamu di hari bahagianya, kau memwujudkan mimpinya yaitu menatap cahaya senja bersamamu. Senja itu masih setia dengan cahayanya yang anggun. Kau masih dalam dekapan wanita itu menikmati cahaya senja itu.
           Ibu maaf, senja selalu merepotkan dan mengiris hati ibu” ucapmu seketika, memecahkan kebisuan diantara mereka. Wanita itu tersenyum sembari membelai halus rambutmu yang terurai.
           Kau tak pernah merepotkan ibu, dan nurani ini teriris bukan mutlak kesalahanmu, ini kesalahan ibu juga”
           Ibu, senja sayang sama ibu, sungguh!” ujarmu lagi, namun kini suara itu terdengar begitu lirih. Bersama senja yang mulai tenggelam, matamu mulai tetutup, denyut itu tak terdengar lagi, nafas itu tak berhembus lagi, tapi cinta kau tanam masih tetap tumbuh. Kendati ragamu telah tiada dalam pangkuannya, cintamu masih tetap akan hidup disini. Tugasmu selesai, senja.   
           Kau mengajarkanku banyak hal. Aku tau, tak ada kata terlambat untuk memperbaiki keadaan. Dan kisah itu berakhir sampai disini. Kalian tak perlu tau siapa aku, aku hanya ditugaskan untuk mengabadikan coretan kisah gadis dengan kekuatan cinta dan harap yang menjadikannya hidup untuk sebuah keadamaian. Yang membuat semua coretan hitam yang pernah ia torehkan di setiap lembaran putih itu terhapus begitu saja. Kisah dengan akhir yang indah atas nama cinta dan harap.
SELESAI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar