Sekeping hati yang terluka
Saya bukan penulis hebat, yang mampu menyulap kata
menjadi rangkaian kisah yang bersahaja, atau pandai memainkan pena untuk
mengubah setiap huruf menjadi rangkaian kata yang indah bersajak. Namun
saya hanya ingin sedikit mencurahkan rasa bahagia, kala tangan ini bisa
memberi, kala tenaga ini bisa membantu. Senyuman yang terpancar pada
wajah-wajah lugu yang mengharapkan
keadilan di negri yang katanya makmur ini selalu menjadi siluet terindah
di depan retina mata saya. Saya tau, saya tak memberikan segudang uang ataupun
segunung emas kepada mereka, hanya lembaran kertas yang saya rasa cukup untuk
membuat wajah-wajah kota itu berseri, dan menghilangkan jerit kelaparan yang
terus meronta-ronta untuk segera diisi.
Seandainnya,
saya ini adalah milyader atau jutawan layaknya tikus-tikus berdasi itu, tentu
tak akan saya
biarkan tangan-tangan tak berdaya mereka meminta belas kasih untuk sebuah koin
yang belum tentu dapat mencukupi kebutuhan mereka. Jika mereka bisa lebih berani,
tentu raganya ikut memberontak bersama nurani yang tersiksa dan berdemo
menuntut haknya kembali. Saya yakin keinginan mereka tak banyak, hanya ingin hidup layak dan
bersekolah dengan seragam yang rapi seperti kebanyakan orang. Ya hanya itu, tak
lebih. Peluh mereka terkuras banyak, bahkan baju-baju yang mereka kenakan
terkadang sudah tak layak, tak melihatkah para penguasa itu? Atau memang mereka
tak punya hati untuk sekedar berbaik hati.
Ah,
saya tak mungkin berandai-andai terlampau jauh, saya hanya seorang pelajar yang
masih berangan-angan dan berusaha merealisasikan mimpinya. Tapi, nyatanya batin
ini masih terasa ngilu melihat kawan-kawan seusia saya atau dibawah saya tengah
menulusuri trotoar di jam-jam sekolah, lalu menyerbu setiap mobil disaat lampu
merah menyala, dengan baju yang kucel dan wajah-wajah polos yang meminta
kebesaran hati mereka untuk mengisi perut yang sudah lama tak terisi.
Mungkin,
lewat tulisan ini saya bisa membantu banyak untuk kehidupan mereka kedepannya,
membantu memenuhi hak mereka yang belum juga
mereka dapat, jikalaupun mereka menunggu kebesaran hati para pengusaha berjas
itu, rasanya samapi kapanpun mereka tak akan pernah peduli. Dan pada akhirnya
generasi ini akan hancur dengan kemiskinan yang melanda di hari depan. Saya tak
ingin itu terjadi, bangsa ini harus berkembang dengan para generasi muda yang
cerdas. Saya harap tulisan ini dapat menggugah,
mengetuk nurani mereka, untuk sekedar menyalurkan sebagian hartanya untuk
meringankan beban anak-anak yang masih punya mimpi itu. ()
Tidak ada komentar:
Posting Komentar